BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Data
World Health Organization (WHO) pada
tahun 2005 menyebutkan hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal dunia
akibat masalah persalinan dan 95% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Manuaba,
2005).
Di
negara-negara maju Angka
Kematian Ibu (AKI) pertahun hanya 27 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang AKI
rata-rata mencapai 18 kali lebih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup
(Manuaba, 2005).
Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia
Tenggara. Tahun 2002 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000
kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5
kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari Indeks Philipina (Anwar, 2009).
AKI
menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) mutakhir masih cukup
tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu terbesar
(58,1%) adalah pendarahan dan eklampsia. Kedua penyebab itu dapat dicegah
dengan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care yang memadai. Walupun proporsi
perempuan usia 15-45 tahun yang melakukan minimal 1 kali telah mencapai lebih
dari 80%, tetapi menurut survey hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh
tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah, dimana
sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (HIMAPID, 2009).
Berdasarkan
data dari Dinas provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2005, angka kematian ibu
masih cukup tinggi yaitu 424 / 100.000 KH, sedangkan angka kematian bayi telah
menurun yaitu 30 / 100.000 KH (Pro Dinkes Prv Sumsel 2005 ).
Angka kematian ibu di Sumatera
Selatan masih tinggi yaitu 330 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI
Sumatera Selatan tercatat sebanyak 242 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut
Data Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2006 terdapat 15 kamatian ibu yang
disebabkan oleh: eklampsia 2 orang (13,3%), haemorragea post partum 4 orang
(26,6%), tersangaka thypoid dan syok sebanyak 1 orang (6,6%), post Saction Sesaria
1 orang (6,6%), hamil 32 minggu 1 orang (6,6%), kelainan jantung 1 orang
(6,6%), section Sesaria 1 orang (6,6%), dan lain-lain 1 orang (6,6%). (DINKES,
2007)
Data dari RSUD Palembang BARI pada tahun 2010 jumlah ibu melahirkan
secara normal di RSUD Palembang BARI adalah 577orang, persalinan abnormal 256
orang, vakum 22 orang, presbo spontaneour 31 orang, seksio caecarea 399 orang
dan jumlah AKI 6 rang per 1925 orang ( RSUD Palembang BARI).
Berdasarkan latar belakang diatas maka kai tertarik untuk mengambil kasus
Asuhan Persalinan Normal pada Ny”H” G2 P1 A0 hamil aterm inpartu janin tunggal
hidup dengan presentasi kepala di ruang kebidanan RSUD Palembang BARI.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan
melaksanakan asuhan persalinan normal pada Ny”H” G2P1A0 hamil aterm
inpartu kala I fase aktif janin tunggal hidup presentasi kepala di ruang kebidanan RSUD Palembang BARI.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Mahasiswa
mampu asuhan persalinan normal pada Ny”H” G2P1A0 hamil aterm
inpartu kala I fase aktif jth preskep.
2.
Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan persalinan
normal pada Ny”H” G2P1A0 hamil aterm
kala I fase aktif jth preskep.
1.3 Waktu
Pengambilan
Kasus di laksanakan pada tanggal 06 Agustus 2011, pada pukul 23.00 WIB.
1.4 Tempat
Pengkajian
dan pelaksanaan di ruangan kebidanan RSUD Palembang BARI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil RSUD Palembang BARI
2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di
bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu-satunya rumah sakit umum milik
Pemerintah Kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di
jalan Panca Usaha NO.1 Kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Sebrang Ulu, dan berdiri
di atas tanah seluas 4,5 H. Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari
jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari
jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan
pembangunan jalan langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros
Jakabaring.
2.1.2 Visi
Misi
Visi
Rumah Sakit andalan dan
terpercaya di Sumatera Selatan
Misi
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang
bermutu
2. Melaksanakan manajemen administrasi yang
efektif dan efisien
Motto
”Anda sembuh,
kami puas”
Anda puas, kami
bahagia...........!
2.1.3 Sejarah
1. Sejarah Berdirinya
Ø Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD
Palembang BARI merupakan gedung poliklinik / Puskesmas Panca Usaha.
Ø Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan
menjadi RSUD Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah Kelas C.
Kepmenkes RI Nomor :
HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian status Akreditasi penuh tingkat dasar
kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 November2003
Ø Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/111/334/08
tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas
B,tanggal 2 april 2009
Ø Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD
Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915. B tahun 2008
tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan
pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
2.
Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1. Tahun 1986 s.d 1995 : dr. Jane Lidya
Jilahelu Sebagai kepala Poliklinik / Puskesmas Panca Usaha.
2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Manasir,SpOG sebagai Direktur
RSUD Palembang BARI.
3. Bulan juli 2000 s.d November 2000 :
Pelaksana Tugas dr.H.Dachlan Abbas SpB.
4. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001
:Pelaksana tugas dr. M.Faisal Soleh,SpPD
5. Tanggal 14 November 2000 s.d Sekarang : dr. Hj. Indah Puspita, H.A,MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI
2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan
a.
Fasilitas
Ø Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 jam
Ø Farmasi / Apotek 24 jam
Ø Rawat jalan/ poliklinik spesialis
Ø Bedah sentral
Ø
Central Sterilizied Suplay Departement (CSSD)
Ø
Unit Rawat Intensif (ICU,NICU)
Ø Rehabilitasi Medik
Ø Radiologi
Ø Laboratorium klinik
Ø Patologi anatomi
Ø Bank Darah
b.
Pelayanan Rawat Jalan
Ø Poliklinik Spesialis Bedah
Ø Poliklinik
Spesialis Dalam
Ø Poliklinik
Spesialis Kebidanan Dan Penyakit Dalam
Ø Poliklinik
Spesialis Anak
Ø Poliklinik
Spesialis Mata
Ø Poliklinik
Spesialis THT
Ø Poliklinik
Spesialis Kulit dan Kelamin
Ø Poliklink
Spesialis Syaraf
Ø Poliklinik
Spesialis Jiwa
Ø Poliklinik
Spesialis Jantung
Ø Poliklinik Gigi
Ø Poliklinik
Rehabilitasi Medik
Ø Poliklinik
Psikologi
2.2.Tinjauan Teori
2.2.1
Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Manuaba, 2005).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian
fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial
yang ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan bulan. Ketika persalinan
dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan
adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun kedalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 Minggu), lahir spontan
dengan persentasi belakang
kepala yang cukup berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janinnya (Prawirohardjo, 2006).
Partus adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Winkjosastro,2006).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir
dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh
ibu.proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (
Varney, 2008 ).
Persalinan adalah
proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir secara spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
( Saifuddin, 2002).
2.2.2 Bentuk
Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah
sebagai berikut:
(Manuaba, 1998)
a.
Persalinan
normal, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b.
Persalinan
buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c.
Persalinan
anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan di
timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan :
1.
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
2.
Primigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi pertama sekali.
3.
Multigravida adalah yang pernah seorang wanita yang pernah
melahirkan lebih dari satu.
4.
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup
5.
Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah
melahirkan bayi yang dapat hidup.
6.
Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan hidup untuk
pertama kali
7.
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan hidup sampai
5 kali
8.
Grandmultipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
6 kali atau lebih hidup ataupun mati. (Mochtar, 2002 ).
2.2.3 Sebab-sebab
mulainya persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum
diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku
berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi kehamilan, yaitu :
1.
Estrogen
a.
Meningkatnya
sensitipitas otot rahim
b.
Memudahkan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,
rangsangan mekanik.
2.
Progesteron
a.
Menurunnya
sensitifitas otot rahim
b.
Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
c. Menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses
persalinan :
1.
Teori
keregangan
a.
otot
rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
b.
Setelah
melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai
c.
Contohnya
pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
2.
Teori
penurunan progesteron
a.
proses
penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
b.
Produksi
progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitosin
c.
Akibatnya
otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
3.
Teori
oksitosin internal
a.
Perubahan
keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot
rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks
b.
Menurunya
konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
4.
Teori
prostaglandin
a.
Konsentrasi
prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan
b.
Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konspsi dikeluarkan
c.
Prostaglandin
dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5.
Teori
hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
a.
Teori
ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan oleh linggin tahun
1973
b.
Pemberian
kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya
persalinan. (Manuaba, 2005)
2.2.4 Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut
1.
Terjadinya
His Peralinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur
dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat
pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai
pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
2.
Pengeluaran
Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan servik
yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat
pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah
pecah.
3.
Pengeluaran
Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsug dalam waktu
24 jam.
4.
Perubahan
Servik
Pada pemeriksaan dalam dijumpai peerubahan serviks
seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba,
2005).
2.2.5 Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu
yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir
menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
a. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas
panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis
dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam
sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul.dapat juga terjadi keadaan :
·
Asinklitismus
anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas
panggul.
·
Asinklitismus
posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan
pintu atas panggul
b. Fleksi
Fleksi
yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun
besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi
maksimal.
c. Putar paksi dalam
Kepala
yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his
yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di
bawah simpisis.
d. Defleksi
Setelah
kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis
(sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma,
dahi, muka dan akhirnya dagu.
e. Putar
paksi luar
Gerakan
kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan
kepala dengan punggung anak.
f. Ekspulsi
Putaran
paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan
menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala
telah lahir bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir
dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di
pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan
operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
Gambar 1. Penurunan kepala
2.2.7 Faktor-Faktor
Yang Berperan Dalam Persalinan
A.
Power ( Kekuatan )
·
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk
melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari
ibu.
·
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan
utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
· His adalah kontraksi otot-otot rahim pada
persalinan.
· Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan
dibawah pengendalian syaraf simpatik.
· Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim
yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.
· His yang normal adalah timbulnya mula-mula
perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang
paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah.
· His tersebut makin lama makin cepat dan
teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan.
· His yang normal mempunyai sifat :
kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat
simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya
seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim,
bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient.
· Tenaga meneran merupakan kekuatan lain
atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada
saat kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari
otot perut dan diafragma. Meneran
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot
dasar panggul.
· Persalinan akan berjalan normal, jika his
dan tenaga meneran ibu baik.
· Kelainan his dan tenaga meneran dapat
disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
Kelainan
kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh :
1). Kelainan kontraksi rahim
· inersia
uteri primer dan sekunder
· tetania
uteri dapat mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia intrauterin sampai
kematian janin dalam rahim
· inkoordinasi
kontraksi otot rahim yang disebabkan karena usia terlalu tua, pimpinan
persalinan salah, induksi perrsalinan, rasa takut dan cemas.
2). Kelainan tenaga meneran
· Kelelahan
·
Salah
dalam pimpinan meneran pada kala 2.
B. Passanger
·
Passenger
terdiri dari janin dan plasenta.
· Janin merupakan passanger utama, dan
bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai
ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
· Kelainan-kelainan yang sering menghambat
dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak
sungsang.
C. Passage (Jalan Lahir)
· Passage adalah jalan lahir yang harus
dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan
vagina.
· Agar janin dan plasenta dapat melalui
jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal
· Rongga-rongga panggul yang normal adalah :
pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung,
promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran
muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium)
ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas
panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14
cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
· Jalan lahir dianggap tidak normal dan
kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit
seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong,
ada tumor dalam panggul
· Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan
macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan
otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada
jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
· Kelainan pada jalan lahir lunak
diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau
sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka
lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE
tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga
serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat
vaginal septum, dan tumor pada vagina.
D. Psyche (Psikologis)
·
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering
menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi mkurang baik, pembukaan
menjadi kurang lancar
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
a. Fase laten berlangsung
selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter
3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3
fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini
selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan
primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam.
Kala pengeluaran karena berkat
kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
a. Tanda
dan Gejala Kala II Persalinan
· Ibu ingin meneran bersamaan dengan
kontraksi
· Ibu merasakan peningkatan tekanan pada
rektrum/vaginal
· Perineum terlihat menonjol
· Vulva vagina dan sfinger membuka
· Peningkatan pengeluaran lendir & darah
b. Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua
Persalinan
1) Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda
pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk
meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
2) Memantau selama penataksanaan kala
dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi
ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala.
Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi
selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala
bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi
majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan
intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3) Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh
posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur
selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan
persalinan.
Gambar 1. Posisi duduk atau setengah duduk
Gambar 2.Jongkok atau berdiri
Gambar 3. Merangkak atau berbaring miring ke kiri
4)
Melahirkan kepala
Bimbing ibu u/ meneran. Saat
kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah
simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah
bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi
defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih
untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
Gambar 4.
Melahirkan Kepala
5) Memeriksa Tali Pusat
Setelah
kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba
leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan
melewati kepala bayi.
Gambar 5. Memeriksa tali pusat
6) Melahirkan Bahu
Setelah
menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu
hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi.
Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan
beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan
perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga
bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar
(mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.
Gambar 6. Melahirkan Bahu
7) Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
· Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga
kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher
(bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin,
sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan
dan lengan lahir.
· Setelah badan dan lengan lahir, tangan
kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang
tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
· Setelah seluruh badan bayi lahir pegang
bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah
penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi
kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di
tempat yang memungkinkan.
Gambar 7. Melahirkan Tubuh Bayi
8) Memotong tali pusat
Segera
mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit
tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
Gambar 8. Memotong Tali Pusat
Kala
uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi
lahir.
a. Manajemen aktif
kala tiga menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif
b. Keuntungan
manajemen aktif kala tiga:
· Kala tiga
persalinan yang lebih singkat.
· Mengurangi
jumlah kehilangan darah.
· Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
c. Manajemen aktif kala tiga
terdiri dari tiga langkah utama
· Pemberian
suntikan oksitosin.
· Melakukan
penegangan tali pusat terkendali.
· Rangsangan
taktil (pemijatan) fundus uteri (masase).
a. Pemberian
Suntikan Oksitosin
·
Segera berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada
ibu untuk diberi ASI.
·
Letakkan kain bersih diatas perut ibu.
·
Periksa uterus utk memastikan tidak ada bayi yg
lain.
·
Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik.
·
Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah
bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian
luar.
b. Penegangan Tali Pusat Terkendali
·
Berdiri
disamping ibu.
· Pindahkan klem kedua yang telah dijepit
sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
· Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu
(alas dengan kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba
kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan peregangan pada tali
pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas
(dorso-kranial) korpus.
· Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah
bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial
hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya.
· Jika plasenta tdk turun setelah 30-40 detik
dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
· Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu utk
meneran plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah
bawah mengikuti arah jalan lahir
· Pada saat plasenta terlihat pada introitus
vagina, teruskan kelahiran plasenta dgn menggunakan kedua tangan. Selaput
ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata dengan lembut
putar plasenta hingga selaput terpilin
·
Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan
untuk melahirkan selaput ketuban
·
Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban
saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan
seksama.
c.
Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
a. Segera
setelah kelahiran plasenta
· Letakkan telapak
tangan pada fundus uteri.
· Jelaskan
tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman.
· Dengan lembut
gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri uterus berkontraksi.
b. Jika tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
· Periksa plasenta
dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.
· Periksa uterus
setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi dengan baik, jika
belum ulangi rangsangan taktil fundus uteri.
· periksa kontraksi uterus setiap 15 menit
selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua pascapersalinan.
Tiga tanda lepasnya
plasenta:
1. Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
2. Tali pusat memanjang.
3. Semburan darah mendadak dan
singkat.
2.2.11
Persalinan kala IV
Observasi dilakukan mulai
lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan
tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan
terjadinya pendarahan.
Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca
melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk
mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya
tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan
eklampsia post partum. Selama
kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30
menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1. Rangsangan taktil (massase) uterus
untuk merangsang kontraksi uterus.
2.
Evaluasi
tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang
antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat
atau dibawah pusat.
3.
Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif
(apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6.
Pendokumentasian.
Penilain klinik kala IV
No
|
Penilaian
|
Keterangan
|
1.
|
Fundus dan
kontraksin uterus
|
Rangsangan tektil
uterus dilakukan untuk merangsang terjadinya kontraksi uterus yang baik.dalam
hal ini sangat penting diperhatikan tingginya fundus uteri dan kontraksi
uterus.
|
2.
|
Pengeluaran
pervaginam
|
Perdarahan :
untuk mengetahui apakah jumlah perdarahan yang terjadi normal atau
tidak.batas normal perdarahan adalah 100-300 ml.
Lokhea : jika
kontraksi uterus kuat,maka lokea tidak lebih dari saat haid.
|
3.
|
Plasenta dan
selaput ketuban
|
Periksa
kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang tersisa dalam
uterus.
|
4.
|
Kandung kencing
|
Yakinkan bahwa
kandung kencing kosong.hal ini untuk membantu involusio uteri.
|
5.
|
Perinium
|
Periksa ada
tidaknya luka / robekan pada perenium dan vagina
|
6.
|
Kondisi ibu
|
Periksa vital
sign,asupan mkan dan minum
|
7.
|
Kondisi
bayi baru lahir
|
Apakah
bernapas dengan baik?
Apakah
bayi merasa hangat ?
Bagaimana
pemberian ASI?
|
Diagnosis
No
|
Kategori
|
Keterangan
|
1
|
Involusi
normal
|
Tonus-uterus
tetap borkontraksi
Posisi-TFU
sejajar atau dibawah pusat
Perdarahan-dalam
batas normal (100-300)
Cairan-tidak
berbau.
|
2.
|
Kala IV
dengan penyulit
|
Sub
involusi-kontraksi uterus lemah,TFU diatas pusat
Perdarahan-atonia,laserasi,sisa
plasenta/selaput ketuban.
|
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1.
Mengikat tali pusat
2.
Memeriksa tinggi fundus uteri
3.
Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
4.
Membersihkan ibu dari kotoran
5.
Memberikan cukup istirahat
6.
Menyusui segera
7.
Membantu ibu ke kamar mandi
8.
Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus
dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Tindakan
Yang Tidak Bermanfaat:
1. Tampon vagina – menyebabkan sumber
infeksi.
2. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa
kontraksi.
3.
Memisahkan ibu dan bayi.
4.
Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan
dehidrasi.
Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus
diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1.
Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg;
Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang
timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2.
Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan
terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3.
Nadi
4.
Pernafasan
5.
Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak
baik maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi
oksitosin atau methergin).
6.
Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama
yaitu satu pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal
identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
Kandung kencing –
Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
Tanda
Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan
keluarga tentang tanda bahaya :
1.
Demam.
2.
Perdarahan aktif.
3.
Bekuan darah banyak.
4.
Bau busuk dari vagina.
5.
Pusing.
6.
Lemas luar biasa.
7.
Kesulitan dalam menyusui.
8.
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus
biasa.
2.3
Asuhan
Persalinan Normal ( APN )
2.3.1
Definisi Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal ( APN
) adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal
ini merupakan pergeseran paradigma dan menunggu terjadinya dan kemudian
menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. persalinan dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan ibu dan bayi baru lahir. (Asuhan persalinan normal, 2008 ).
2.3.2
Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan
asuhan persalinan normal (APN ) ialah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan
aman,dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang nayi. (Prawihardjo: 2006)
Tujuan asuhan persalinan
normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yng
tinggi bagi ibu dan bayinya.melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan berkualitas
pelayanan dapat terjadi pada tingkat yang diinginkan. Dengan pendekatan seperti
ini, berarti bahwa setiap intervensi
yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan
dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan
dan keberhasilan proses persalinan. (Asuhan persalinan normal, 2008)
2.3.4 Langkah- Langkah Asuhan Persalinan Normal
(APN)
Persalinan
merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan dengan kelangsungan
hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan Normal (APN) disusun dengan tujuan terlaksananya
persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target
akhirnya adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada
awalnya APN terdiri dari 60 Langkah, namun setelah direvisi menjadi 58 Langkah,
sebagai berikut :
1.
Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2.
Memastikan
kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan
memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3.
Memakai celemek plastik.
4.
Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan degan sabun dan air mengalir.
5.
Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6.
Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7.
Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah
dengan gerakan vulva ke perineum.
8.
Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah).
9.
Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah
kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap
dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan
posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his),
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian
b[awah bokong ibu
16. Letakkan kain bersih di bawah bokong
ibu
17. Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kembali kelengkapan alat, dan bahan.
18.
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat
kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada
perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21.
Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksiluar secara
spontan.
22.
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke
arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah
bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di
atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan
tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam
waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali
pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi
33.
Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34.
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35.
Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36.
Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37.
Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial).
38.
Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan
dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39.
Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40.
Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41.
Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan
uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit
ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan
penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45.
Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi.
48.
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
50.
Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51.
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci
dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai.
53.
Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu
keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55.
Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam
larutan klorin 0,5% melepaskansarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
57.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58.
Melengkapi partograf. (Asuhan Persalinan Normal, 2008)
2.3.5 Partograf
Partograf adalah alat bantu memantau kemajuan kala 1
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari
penggunaan partograf adalah untuk :
a.
Mencatat
hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui periksa dalam.
b.
Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c. Data pelengkapan yang terkait dengan
pemantauan kondisi ibu,kondisi bayi,grafik laboratorium,membuat keputusan
klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.( JNPK-KR:2007 )
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan.partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif ) partograf
sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin,tanpa menghiraukan apakah
persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a.
Denyut
jantung janin catat setiap 1 jam
b.
Air
ketuban catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina.
- U : Selaput utuh
- J : Selaput pecah,air ketuban jernih
- M : Air
ketuban bercampur mekonium
- D : Air ketuban bernoda darah
- K : Tidak ada cairan ketuban / kering
c.
Perubahan
bentuk kepala janin ( molding atau
molase) :
- 0 :
Sutura terpisah
- 1 :
Sutura ( pertemuan 2 tulang tengkorak )
- 2 :
Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaikki
- 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki
d.
Pembukaan
mulut rahim( serviks ) dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).
e.
Penurunan
: Mengacu pada bagian kepala ( di bagi 5 bagian ) yang teraba ( pada
pemeriksaan abdomen/luar) diatas simpysis pubis : catat dengan tanda
lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan
dalam. pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paru
f.
Waktu
: Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
g.
Jam :
Catat jam sesungguhnya
h.
Kontraksi
: Catat setiap setengah jam : lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitung detik.
- Kurang dari 20 detik
- Antara 20 dan 40 detik
- Lebih dari 40 detik
i.
Oksitosin
: Jika memakai oksitosin catatlah berapa banyaknya oksitosin per volume cairan
infus dan dalam tetesan permenit.
j.
Obat
yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan
k.
Nadi
:catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar ( .)
l.
Tekanan
darah : Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
m. Suhu badan : Catatlah setiap 2 jam
n.
Protein,
Aseton, dan volume urin : Catatlah setiap kali ibu berkamih
Jika
temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,petugas kesehatan harus
melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan
yang tepat. ( Prawiroharjo ; 2002 ).
Partograf harus digunakan :
a.
Untuk
semua ibu dalam fase aktif kala 1 persalinan dan merupakan elemen penting dari
asuhan persalinan. Partograf harun digunakan untuk semua persalinan, baik
normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai penyulit.
b.
Selama
persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit dll).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada Tanggal 06
Agustus 2011, Pukul 23.00 WIB, Di Ruang kebidanan RSUD Palembang BARI
I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Nama : Ny.”H” Nama :Tn”M”
Umur : 28 tahun Umur : 231 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Sumatra /Ind Suku/Bangsa :Sumatra/Ind
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat
: Jl.Kiamar Mengku lr.
Sentosa
B. Alasan Datang :
Pada tanggal 06 Agustus 2011 pukul 23.00 WIB ibu
datang ke RSUD Palembang BARI. Ibu mengaku hamil cukup bulan anak kedua. Ibu mengeluh nyeri di daerah perut yang menjalar ke pinggang
dan rasa ingin mengedan. Ibu mengaku
sudah keluar lendir bercampur darah
sejak pukul 22.30 WIB, gerakan anak masih di rasakan ibu.
C. Riwayat Haid
1. Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus
: 28 hari
Lamanya :
7 hari
Warna : Merah kehitaman
Jumlah : 2 x ganti pembalut / hari
Dismenore : Ada , pada hari pertama
1. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 x
Usia
Kawin : 24 Tahun
Lama
Perkawinan : 5 Tahun
2. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas
yang lalu
No
|
Umur
Kehamilan
|
Jenis
Persalinan
|
Ditolong
Oleh
|
Penyu
lit
|
Tahun
Persalinan
|
Nifas/laktasi
|
Anak
|
|||
BB
|
TB
|
JK
|
KET
|
|||||||
1
2
|
37 mgg
Ini
|
spontan
|
Bidan
|
T.A.K
|
2008
|
Baik
|
3000gr
|
47
cm
|
♂
|
Hidup
|
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 02 – 11 - 2010
TP : 09
– 08 - 2011
Usia kehmilan :
39 minggu 4 hari
ANC : 4 x di Bidan
- TM I :
1 x di Bidan
- TM
II :
1 x di Bidan
-TM
III :
2 x di Bidan
Imunisasi TT : 1 x
di Bidan
Tablet Fe :
90 Tablet selama kehamilan
Rencana Persalinan :
Di Rumah Sakit
Keluhan
- TM I : Mual dan pusing
- TM II : Tidak ada
-TM III : Sering kencing
D. Riwayat KB
Pernah
menjadi akseptor KB : Pernah
Jenis
Kontrasepsi yang digunakan : Suntikkan
Alasan berhenti :
Ingin menambah keturunan
E. Data Kesehatan
1.Penyakit yang diderita pasien
Penyakit Keturunan :
Tidak ada
Penyakit yang pernah diderita pasien :
Tidak ada
2.Riwayat penyakit keluarga /
keturunan
Penyakit keturunan :
Tidak ada
3.Riwayat operasi yang pernah
dijalani : Tidak ada
4.Riwayat keluarga / keturunan
Gemelli :
Tidak ada
F. Pola kebiasaan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Makan
:3 x/hari, yaitu
Pagi :1
piring nasi, telur dadar atau tahu, tempe dan 1 gelas susu
Siang :1
piring nasi,1 mangkuk sayur, ikan, dan lauk pauk lainnya.
Malam :
1 piring nasi, I mangkuk sayur bening,
dan ikan goreng.
Alergi : Tidak ada
Minum : 3 Liter/hari
2. Pola istirahat dan aktivitas
Tidur
Siang : ± 1 jam/hari
Tidur
Malam : ±7 jam/hari
Aktivitas : Melakukan
pekerjaan rumah tangga
3. Pola Eliminasi
- BAB
Frekuensi :
± 1 x sehari
Konsistensi :
Lembek
Penyulit :
Tidak ada
Warna :
Kuning kecoklatan
-
BAK
Frekuensi :
± 8 x sehari
Penyulit :
Tidak ada
Warna :
Kuning bening
-
Personal
Hygine
Mandi :
2 x/hari
Gosok gigi : 3 x/hari
Ganti pakaian dalam : 2 X
sehari selesai mandi
G. Riwayat Psikososial
Hubungan
ibu dengan suami : Harmonis
Hubungan
ibu dengan keluarga : Harmonis
Keadaan Psikologik : Baik
II. DATA OBJEKTIF
1)
Keadaan
Umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan
Emosional : Baik
2)
Tanda-tanda
Vital
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Polse : 80 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu :
36,50C
3)
Status
Gizi
Berat Badan
o
Sebelum
Hamil : 55 Kg
o
Sekarang : 68 Kg
Tinggi Badan : 156 cm
Lila : 24 cm
4)
Mata
Kelopak
Mata : Tidak ada kelainan
Konjungtiva : Tidak anemis
Skclera : Tidak ikterik
Reflek
pupil : +/+
5)
Mulut
dan Gigi
Gigi : Tidak
caries
Gusi : Tidak ada
pembengkakan
Kelainan :
Tidak ada
6)
Payudara
Keadaan :
Simetris
Areola mame : Hyperpigmentasi
Puting Susu : Menonjol
Pengeluaran
Cairan : (-)
Masa : Tidak ada
7)
Abdomen
-
Inspeksi
Keadaan :
Simetris
Bekas
Operasi : Tidak ada
Srtiae : ada
- Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari bawah PX (MCD:31cm) pada fundus teraba bagian yang bulat, tidak keras dan tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Punggung janin teraba disisi kanan perut ibu
dan bagian-bagian kecil janin teraba
disisi kiri ibu
Leopold III : Di bagian bawah teraba bagian yang bulat, keras, melenting
(kepala). Kepala sudah masuk PAP
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP dengan penurunan 3/5
His : Positif (+)
Frekuensi : 4x/10’/30”
Blass : Kosong
TBJ : (TFU–12) X 155 gr =(31-12)x 155 := 2945 gr
- Auskultasi
DJJ : Positif(+)
Frekuensi : 148 x/menit,teratur
Lokasi : sebelah kanan bawah
pusat
8)
Ekstremitas
Atas
Oedem : Tidak ada
Pergerakan : Baik
Bawah
Varices : tidak ada
Pergerakan : Baik
Reflek
patella : +/+
9)
Genetalia
-
Inspeksi
Luka : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Peradangan : Tidak ada
Perineum : Utuh
Masa : Tidak ada
- Pemeriksaan Dalam pukul 23.00 WIB
Portio
: Tipis
Pembukaan Servix : 4 cm
Penipisan : 40%
Ketuban : (+)
Presentasi : Kepala
Penurunan : Hodge II
Penunjuk : UUK Kanan Depan
- Pemeriksaan Penunjang
a) Darah
Golongan
Darah : “B”
Hb : 12,3 gr %
b) Urine
Protein : (-)
Glukosa : (-)
III. ANALISA DATA
Diagnosa : G2 P1 A0 hamil aterm in partu , kala I fase aktif Janin
Tunggal
Hidup, Presentasi Kepala
Masalah : Ibu
merasa tidak nyaman akibat nyeri pada perut
Kebutuhan :
- Pemantauan kemajuan persalinan
- KIE tentang asuhan sayang ibu
- KIE tentang posisi yang nyaman selama persalinan
- Persiapan persalinan
IV. PERENCANAAN
1.
Mengobservasi ibu dan janin dengan menggunakan
partograf
2.
Memberikan asuhan sayang ibu berupa asupan nutrisi,
BAK apabila kandung kemih terasa penuh dan menggosok punggung ibu
3.
Menganjurkan pada ibu untuk mengambil posisi yang
nyaman
4.
Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan
dukungan selama proses persalinan
5.
Mempersiapkan alat-alat dan obat-obatan yang
diperlukan selama proses persalinan, termasuk juga pakaian ibu dan bayi serta
alat-alat resusitasi bayi atau perlengkapan bayi dan PI
6.
Memberikan penjelasan kepada ibu bahwa rasa nyeri
dalam proses persalinan adalh normal yang diakibatkan bagian terbawah janin
turun dan menekan PAP
7.
Membuat informed choice informed concent.
Pengkajian dilakukan pada Tanggal 07 Agustus 2011, Pukul 01.40 WIB, Di Ruang kebidanan RSUD Palembang Bari
1.
SUBJEKTIF
Ibu merasa
sakit perut bagian bawah semakin sering dan ada keinginan untuk meneran dan
seperti ingin BAB, ibu mengatakan keluar air-air secara tiba-tiba.
II. OBJEKTIF
1.
Keadaan
umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan
emosional : Baik
2.
Tanda-tanda
Vital
Tekanan
Darah : 120/80 mmHg
Polse : 80
×/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0c
3.
HIS : (+)
Frekuensi : 4 x dalam 10
menit selama 43 detik
4.
DJJ : 148
x/menit
5.
Perineum
: Menonjol
6.
Vulva
: Membuka
7.
Anus : Ada
tekanan
8.
Pemeriksaan
dalam
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : Lengkap (10 cm)
Ketuban : (-)
Persentasi : kepala
Penurunan : H IV
Penunjuk : UUK kanan depan
III. ANALISA DATA
Diagnosa : G2P1A0 Hamil
aterm inpartu kala II JTH Preskep
Masalah : Ibu merasa mules dan ingin meneran
Kebutuhan :
1.
KIE
tentang mengatur posisi saat meneran
2.
KIE
tentang cara meneran yang baik dan efektif
3.
Pimpinan
persalinan
IV. PERENCANAAN
1.
Memastikan
kembali alat-alat dan obat-obatan untuk persalinan
2.
Mempersiapkan
diri untuk menolong persalianan dengan memakai alat pelindung diri (APD ) yang
telah ditetapkan
3.
Membantu
melahirkan bayi sesuai dengan prosedur Asuhan Persalinan Normal dengan 58
Langkah
Pengkajian dilakukan pada Tanggal 07 Agustus 2011, Pukul 01.50 WIB, Di Ruang kebidanan RSUD Palembang Bari
1. SUBJEKTIF
Ibu merasa lega dengan kelahiran bayinya, ibu
mengatakan perutnya masih mules dan
badan terasa lelah
1. OBJEKTIF
1.
Bayi lahir
spontan pada pukul 01.50 WIB, segera menangis kuat,
JK : ♀ dengan BB : 2900 gram, PB : 45 cm
2.
Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Baik
TD : 110/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
3. Inspeksi
Keluar darah
dari vagina secara tiba-tiba, tampak tali pusat bertambah panjang
4. Palpasi
Kemungkinan
adanya janin kedua : Tidak ada
Bentuk
uterus :
Globular
TFU :
Sepusat
Kandung kemih : Kosong
2.
ANALISA DATA
Diagnosa : P2 A0
Kala III dengan partus spontan
Masalah : Ibu merasa lelah
Kebutuhan :
1. Pemenuhan asupan nutrisi
2. Melakukan
manajemen aktif kala III untuk mempercepat Melahirkan plasenta
3.
PERENCANAAN
1.
Memberitahukan
kepada ibu tentang keadaannya
2.
Memberikan
ibu minum
3.
Melakukan
menejemen aktif kala III yaitu menyuntikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3
paha bagian luar ,melakukan peregangan tali pusat terkendali.
4.
Melakukan
masase uterus
PENGKAJIAN dilakukan pada Tanggal 07
Agustus 2011 pada pukul 01.55 WIB, Di ruangan Kebidanan RSUD Palembang Bari
I.
SUBJEKTIF
Ibu merasa
senang dengan kelahiran bayi dan ari-arinya serta ibu mengaku masih merasa
mules pada perutnya
1.Plasenta lahir pukul 01.55
WIB,plasenta lahir lengkap,berat 500gram,tebal 2 cm dan panjang tali pusat 50 cm
II.
OBJEKTIF
1. Plasenta lahir pukul 01.55 WIB,plasenta lahir lengkap,berat 500gram,tebal 2 cm dan panjang tali pusat 50 cm.
2.
Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan
emosional : Tampak lelah
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pols : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36 C
3.
Pemeriksaan kebidanan
- Inspeksi
Perdarahan : normal 100 cc
- Laserasi
Jalan lahir : tidak ada
Oedema : tidak ada
- Palpasi
Kontraksi uterus : Baik
Konsistensi : Keras
Involusi
uteri : Baik
TFU : Dua jari bawah pusat
Kandung kemih : Kosong
III. ANALISA DATA
Diagnosa : P2 A0
post partum kala IV
Masalah : ibu
merasa mules pada perutnya
Kebutuhan : 1. Pemantauan keadaan ibu
2. KIE tentang cara masase uterus
IV.
PERENCANAAN
1. Memantau keadaan ibu
2. Mengajarkan ibu cara masase uterusnya
sendiri
3.
Membersihkan ibu dan mengganti pakaianya
dengan yang bersih dan kering serta menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan posisi yang nyaman
4.
Memberikan asupan nutrisi pada ibu berupa
makanan dan minuman yang dapat memberikan energi pada ibu
5.
Membantu ibu meningkatkan hubungan dengan
bayinya dengan membiarkan ibu mendekap bayinya dan
memberikan ASI
6. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi baru lahir
7. Memberitahu tentang
tanda-tanda bahaya pada nifas pada ibu
8. Mensterilkan dan merapikan kembali peralatan dan
tempat bersalin
9. Melakukan pendokumentasian dan melengkapi partograf
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan persalinan normal adalah yang bersih dan aman selama masa peralinan
dan selah bayi lahir spontan serta
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta
asfiksia bayi baru lahir.
Tujuan asuhan persalinan yang normal
adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan tercapainya derajat kesehatan bagi ibu dan melalui berbagai upaya yang terintergasi dan
lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal. Didalam asuhan persalinan nomal rdapat 58 langkah berguna untuk menuntun pelaksanaan persalinan
yang aman dan bersih.
Pada kala I yaitu pukul 23.00 WIB, ibu datang ke RSUD Palembang BARI. Ibu mengaku hamil 9 bulan anak kedua. Ibu mengeluh nyeri di daerah perut yang menjalar ke pinggang
dan rasa ingin mengedan. Ibu mengaku
sudah keluar lendir bercampur darah
sejak pukul 22.30 WIB, gerakan anak masih di rasakan ibu.
Pada kala II yaitu pukul 01.45 WIB, ibu mengaku ada dorongan untuk
meneran. Maka dilakukan pemeriksaan dalam, kemudian didapatkan hasil
pemeriksaan yaitu pembukaan lengkap 10 cm , portio tidak teraba lagi,
pendataran 100%,dan penurunan 1/5, kemudian ibu di pimpin untuk meneran, pada pukul 01.50 WIB bayi lahir spontan dengan APGAR SCORE
8/9, jenis kelamin laki-laki dengan berat 2900 gram dan panjang badan 45 cm. Pada kasus ini tampaknya tidak sesuai dengan teori yang ada, karena untuk multigravida pada kasus ini ketika ibu
datang pembukaan langsung lengkap.
Hal ini dikarenakan kekuatan HIS ibu yang adekuat sehingga mempercepat kala 1.
Kemudian di lakukan penyuntikan oksitosin secara IM di sepertiga paha luar.
Pemberian oksitosin secara IM sepertiga paha luar ibu setelah bayi lahir, untuk
bayi baru lahir langsung mendapatkan penanganan seperti menilai APGAR SCORE
sudah sesuai langkah-langkah APN.
Pada kala III yaitu 01.55 WIB , sesuai manajemen aktif kala III di
lakukan peregangan tali pusat terkendali, dan plasenta lahir lengkap, kotiledon
lengkap dengan berat 500 gram, dan panjang 50 cm. Dalam praktik aktif kala III ini sesuai dengan teori,yaitu plasenta lahir 15
menit kemudian setelah bayi lahir.
Pengkajian kala IV seharusnya dilakukan
setiap 15 menit yaitu pada satu jam pertama dan pengkajian selanjutnya
dilakukan setiap 30 menit yaitu pada satu jam kedua, dan pada praktiknya pukul 02.10 WIB
di lakukan pengkajian dengan hasil yaitu:TD:110/80mmhg, nadi:80x/mnt,
RR:22x/mnt, TFU:2jari di bawah pusat, Kontraksi uterus baik, perdarahan:100cc.
Dan pada pukul 03.10 WIB di lakukan pengkajian selanjutnya dengan
hasil TD:110/80mmhg, Nadi:80/mnt, RR:20x/mnt, kontraksi uterus baik, perdarahan
50cc.
Berdasarkan hasil pengamatan kami,mengenai
penerapan Asuhan persalinan normal di RSUD Palembang BARI sudah baik dan
prosedur APN sudah di terapkan. Hanya saja dalam pemakaian APD, hanya digunakan
sarung tangan dan scort saja, sedangkan dalam APN, Alat Pelindung Diri yang digunakan adalah pentup
kepala, kaca mata pelindung, masker, handscoon dan sepatu boot.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
melakukan asuhan kebidanan pada Ny”H” dengan asuhan persalinan normal dan
mengadakan pembahasan yang mengacu pada tinjaun teoritis, maka penyusun dapat
menimpulkan sebagai berikut :
1. Dari data subjektif yang
didapatkan pada pukul 20.00 wib datang ke RSUD Palembang BARI I Ruang
Kebidanan, mengaku hamil anak keduanya, mengeluh sakit perut ingin melahirkan,
sedangkan dari data objektif didapatkan KU : ibu baik, kesadaran : Composmetis,
TD : 120 / 80 mmHg, pernafasan : 20 x / m. nadi : 80 x / m, suhu : 36,5 0C.
2. Dilihat dari data subjektif dan
data objektif Ny”H” dapat ditegakkan diagnosa G2 P1 A0 hamil aterm inpartu, Janin Tunggal Hidup,
Presentasi Kepala.
3. Kebutuhan yang diperlukan
antara lain observasi, tanda-tanda vital sign, keadaan umum ibu, KIE tentang
asuhan persalinan normal.
4. Perencanaan
yang dilakukan terhadap Ny”H” adalah :
1. Memantau keadaan ibu
2. Mengajarkan ibu cara masase uterusnya
sendiri
3.
Membersihkan ibu dan mengganti pakaianya
dengan yang bersih dan kering serta menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan posisi yang nyaman
4.
Memberikan asupan nutrisi pada ibu berupa
makanan dan minuman yang dapat memberikan energi pada ibu
5.
Membantu ibu meningkatkan hubungan dengan
bayinya dengan membiarkan ibu mendekap bayinya dan
memberikan ASI
6. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi baru lahir
7.
Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya pada nifas pada ibu
8. Mensterilkan dan merapikan kembali
peralatan dan tempat bersalin
9. Melakukan pendokumentasian dan melengkapi partograf.
B.
Saran
2. Bagi pihak RSUD Palembang BARI
·
Diharapkan pihak rumah sakit dapat lebih
meningkatkan tentang pelaksanaan asuhan persalinan norma (APN).
3. Bagi Institusi Pendidikan
·
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber
pembelajaran bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Pontren Assnadiyah Palembang
dalam melaksanakan Asuhan Persalinan Normal sesuai teori maupun praktek.
·
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas teori dan
praktek mahasiswa Akademi Kebidanan Pontren Assanadiyah palembang dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan.
4. Bagi mahasiswa
·
Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan
asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal sesuai teori dan metode yang
telah ditentukan.
·
Diharapkan
mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar